Sabtu, 09 Agustus 2008

Shiawase no Maneita Neko / Kucing Pembawa Kebahagiaan

Pada suatu ketika terdapat beberapa orang samurai yang sedang berkuda di kawasan Musashino, wilayah Edo. Serombongan samurai tersebut dipimpin oleh seorang tuan yang bernama Ii Naotaka, penguasa wilayah Hokane. Mereka sedang menikmati pemandangan di sekitar daerah tersebut.

“Pemandangan di kawasan ini agak berbeda dengan Danau Biwa ya?” ujar sang tuan sambil menikmati indahnya alam.

“Benar, tuan. Pemandangan disini hanya terdiri dari hutan belantara belaka. Namun, karena daerah ini juga wilayah kekuasaan kita, kita harus menjaganya dengan baik!” kata salah seorang penasehatnya.

Ketika mereka menghentikan kudanya, tiba-tiba seekor kucing berwarna putih bersih keluar dari balik pepohonan. Hal ini agak mengejutkan mereka. Sang kucing kemudian melompat dan duduk di atas sebuah batu besar. Sejenak rombongan samurai itu berhenti dan memandang tingkah laku kucing itu. Warna bulu kucing yang putih bersih dan bola matanya yang bulat sangat menarik hati. Sang kucing tersebut sambil duduk, terus menatap wajah Naotaka. Naotaka agak terkejut. Apalagi setelah itu sang kucing mengangkat sebelah tangannya seolah-olah memintanya untuk mendekat.

“Hei, lihat! Bukankah kucing itu melambaikan tangannya untukku?” kata Naotaka kepada para pengawalnya.

Sang kucing pun kemudian melompat turun dari batu tempatnya duduk tadi lalu pergi ke balik pepohonan di belakangnya.

“Mari, kita mengikuti kucing itu. Bukannya dia telah mengundang kita untuk datang?” kata Naotaka seraya turun dari kudanya.

Lalu, para pengawalnya pun mengikuti sang tuan. Mereka menambatkan tali kudanya di pepohonan, kemudian berjalan di belakang sang tuan. Ternyata kucing itu pergi menuju sebuah kuil Budha tua yang tersembunyi di balik pepohonan.

“Oh, mungkin kucing itu mengundang kita untuk mampir di kuil tua itu. Mungkin dia akan menghidangkan teh hangat untuk kita” kata Naotaka berkelakar.

“Permisi… apakah ada orang disini?” teriak Naotaka sesampainya di depan kuil tua itu.

Beberapa saat kemudian muncullah seorang pendeta tua dan mempersilakan mereka masuk ke dalam kuil.

“Apakah yang menyebabkan tuan-tuan sudi mampir ke kuil tua kami ini?” tanya sang pendeta.

“Seekor kucing putih di luar itu yang telah mengundang kami kesini” kata Naotaka menjelaskan.

“Seekor kucing?” tanya sang pendeta keheranan.

“Ya benar. Ia melambaikan tangannya mengundang kami untuk datang ke kuil ini” kata penasehat Naotaka menjelaskan.

“Oh, begitu ya? Kalau begitu, mari kita minum teh dahulu” kata sang pendeta.

Beberapa saat lamanya pendeta dan Naotaka bercakap-cakap, tiba-tiba kucing yang tadi mengundangnya datang dan melompat ke serambi depan kuil. Kepalanya didongakkan ke atas. Matanya berkedip-kedip ketika memandang ke angkasa. Semua orang yang hadir disitu keheranan. Namun beberapa saat kemudian awan hitam menyelubungi langit dan turunlah hujan dengan lebatnya. Mereka keheranan melihat itu semua. Akhirnya mereka sadar bahwa kucing putih itulah yang memberikan peringatan bagi mereka agar mampir untuk berteduh di kuil tua tersebut.

“Bukan main hebatnya kucing putih ini! Kucing ini telah menyelamatkan kita dari hujan yang lebat. Kucing ini adalah kucing pengundang kebahagiaan!” kata Naotaka dengan gembira.

Sejak saat itu ketenaran kucing putih meluas di seluruh Edo. Masyarakat pun akhirnya sering mengunjungi kuil tua itu untuk bertemu dengan sang kucing. Mereka menganggap kucing tersebut adalah penjelmaan dari dewa. Beberapa tahun kemudian, sang kucing pun akhirnya mati. Untuk mengenangnya, sang pendeta membuat patung kuicing kecil dengan salah satu tangannya melambai ke atas. Patung kucing tersebut sangat diminati masyarakat Edo. Mereka sering mampir ke kuil tersebut dan membeli patung kucing tersebut sebagai oleh-oleh. Dan sampai saat ini pun orang-orang Jepang sering memajang patung kucing kecil dengan sebelah tangan yang melambai untuk mengundang kebahagiaan dan keberuntungan.

—————————————————————————————————————————

Judul asli: Shiawase no maneita neko (Kucing pengundang kebahagiaan) berasal dari prefektur Tokyo. Patung kucing dengan kaki kanan melambai seperti dalam cerita ini dibuat di seluruh Jepang. Patung kucing itu disebut Maneki-Neko (Kucing Pengundang). Biasanya diletakkan di depan rumah atau tempat-tempat usaha bisnis untuk mengundang tamu agar mau singgah.

Antonius R. Pujo Purnomo, M.A. TANABATA Kumpulan Cerita Rakyat Jepang Pilihan. Era Media. 2007

Tidak ada komentar: