Sabtu, 09 Agustus 2008

Warashibechoja

ceritanya ada seorang pemuda miskin bernama yosaku. saking miskinnya, dia tak punya ladang dan rumah sendiri. Yosaku bekerja di ladang orang lain dan menerima makanan dan minuman utk kehidupan sehari2 sebagai upah. Malamnya, Yosaku selalu menginap di kuil Buddha. Meskipun hidup begitu miskin, Yosaku selalu bekerja dan berdoa pada sang Buddha. Suatu hari, Yosaku bermimpi sang Buddha mendatanginya dan berkata, “Kamu orang baik Yosaku. Jika kau ingin kehidupan yang lebih baik, jagalah benda pertama yang kau dapatkan esok hari.”
Esok paginya, Yosaku bangun untuk kembali bekerja. Ia keluar dari kuil Buddha dan menuruni tangga batu. Saat menuruni tangga tersebut, Yosaku terpeleset dan jatuh ke tanah. Saat Yosaku berusaha bangkit, ia menyadari bahwa tangannya sedang memegang setangkai jerami. “Inikah benda pertama yang kudapatkan yang dimaksud sang Buddha? Aku akan menjaganya baik-baik,” pikir Yosaku.
Yosaku pergi berjalan ke kota sambil membawa jerami tersebut. Tiba-tiba ada seekor lalar yang hinggap di ujung jerami itu. Yosaku yang iseng akhirnya mengikat lalar tersebut pada ujung jerami dan memain-mainkannya. Sepanjang jalan, Yosaku terlihat sangat asyik bermain dengan jerami yang ia pegang.

Seorang anak kecil dalam kereta bangsawan iri dengan kegembiraan Yosaku yang sedang memainkan jerami. Anak kecil itu merengek pada pengawalnya meminta jerami yang dimainkan Yosaku. Pengawal yang kerepotan itu akhirnya meminta Yosaku untuk memberikan jeraminya. Yosaku memberikannya dengan senang hati. Pengawal pun memberikan tiga buah jeruk yang besar2 pada Yosaku sebagai tanda terima kasih.

Yosaku yang senang mendapatkan tiga buah jeruk, akhirnya melanjutkan perjalanan. Di jalan, ia bertemu dengan seorang nona bangsawan yang terlihat sangat keletihan dan nampaknya terkena dehidrasi. Pengawalnya bertanya pada Yosaku, “Maaf, nona saya tidak tahan dengan cuaca yang terik ini. Apakah Anda tahu di mana kami bisa mendapatkan minum?”

Yosaku menjawab, “Kalau air, adanya di kuil Buddha. Tapi untuk ke sana harus menaiki tangga batu, tak mungkin nona ini sanggup ke sana dengan kondisi seperti itu. Kalau memang nona itu sedang membutuhkan air, ambil saja jeruk ini dulu.”

Kemudian, nona itu memakan jeruk pemberian Yosaku. Berkat jeruk pemberian Yosaku, nona itu terlihat lebih sehat dan segar kembali. Sang pengawal sangat berterima kasih pada Yosaku, sebagai gantinya ia memberikan tiga gulung kain sutera pada Yosaku sebagai ucapan terima kasih.

Yosaku yang mensyukuri tiga gulung kain sutera yang ia terima itu, kemudian melanjutkan perjalanan. Di perjalanan, Yosaku bertemu dengan seorang samurai yang kesal dengan kudanya yang sudah tua dan tidak bisa berjalan di cuaca panas. Samurai itu menyuruh para pengawalnya untuk membereskan kuda tersebut, sementara ia sendiri melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki. Yosaku yang tidak tega melihat keadaan kuda itu, akhirnya meminta para pengawal untuk menukar kuda dengan dua gulung kain sutera yang ia punya. “Terima kasih sekali, anak muda. Kami tidak tahu lagi harus diapakan kuda ini.”

Yosaku memberi minum dari kuil Buddha pada kuda yang terlihat sangat kelelahan itu. Ketika hari sudah mulai malam, Yosaku mencari rumah salah seorang petani yang ia kenal dan memberika satu kain sutera terakhir yang ia punya. “Tolonglah agar saya dan kuda ini bisa tinggal di sini sampai kuda ini sehat.”
Si petani pemilik rumah berkata, “Yosaku, dengan kain semahal ini kamu bisa tinggal di sini berbulan2 lamanya.”
Tetapi, hanya dalam waktu lima hari, kuda yang diberi makanan ternak dan dirawat tiap hari itu sudah sehat kembali. Yosaku pun melanjutkan pergi bersama si kuda dari rumah itu dan berpamitan dengan si petani dan keluarganya. Yosaku melanjutkan perjalanan ke kota bersama kuda yang kini sudah terlihat segar dan sehat.

Di perjalanan, Yosaku bertemu dengan saudagar yang sedang sibuk membawa barang2 berat dengan para pengawalnya. Saudagar itu ingin pergi ke ibukota untuk berdagang. Yosaku menawarkan kudanya yang sudah sehat untuk membawa barang-barang yang berat tersebut. Sang saudagar menerimanya, tetapi karena ia sedang tidak punya uang, ia menawarkan Yosaku untuk mengolah sawahnya dan menjaga rumah besarnya selagi si saudagar pergi. Yosaku menerima tawaran itu. Setiap hari ia bekerja dengan giat di sawah dan akhirnya menghasilkan panen besar. Rumahnya pun dirawat dengan baik.

Saat saudagar pulang, ia sangat terkagum2 melihat hasil panen yang begitu besar dan rumah yang terawat dengan baik. Sebagai tanda terima kasih, si saudagar meminta Yosaku untuk menikahi putrinya dan tetap tinggal di rumah besar itu dan mengelola sawah bersama. Yosaku sangat bersyukur dengan karunia yang ia dapatkan. Semua berkat petunjuk yang diberikan sang Buddha dalam mimpinya. Sebagai tanda syukur, Yosaku yang sudah sukses akhirnya membangun sebuah kuil Buddha. Setiap hari, ia, istrinya, dan anak2nya berdoa di kuil Buddha tersebut.

“Saudagar Jerami” alih bahasa: Rifki Utama, diterbitkan oleh PT Elex Media Komputindo (1997), Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta.
Judul Asli: Warashibechoja, Aesop’s Fables Illustrated Fantasy Book Children by Shogo Hirata published by Joie (1995), Tokyo.

Tidak ada komentar: